HASIL KAJIAN ARUS MUDIK 2019 PUSLITBANG POLRI
MEI 2019
KATA PENGANTAR
Kata "mudik" berasal dari singkatan yang berasal dari kata Bahasa jawa yakni "Mulih Dhisik". Mudik dilakukan setiap tahun ketika mendekati lebaran oleh para perantau atau pekerja migran yang mencari nafkah di kota-kota yang menjadi kantong-kantong perekonomian, terutama Jakarta dan kota-kota besar lainnya. Bisa dikatakan bahwa mudik adalah kegiatan pulang kampung menjelang hari raya setelah sekian lama banting tulang dan bekerja keras di negeri seberang untuk mengais pundi-pundi rezeki.
Ada banyak motivasi lain yang mengharuskan pemudik pulang kampung, meski harus dilaluinya secara bersusah payah, misalnya perjalanan yang padat merayap bahkan macet berjam-jam, dan aneka resiko lainnya. Tahun 2019 ini tampaknya keinginan masyarakat untuk mudik semakin tinggi, karena jalan tol Trans Jawa telah beroperasi dengan ruas jalur membentang dari Merak sampai Pasuruan dengan total Panjang 901 KM. Adanya jalur tol tersebut meningkatkan animo masyarakat untuk pulang kampung (mudik) dengan melalui jalur tol. Puslitbang Polri melaksanakan penelitian Arus Mudik lebaran tahun 2019 guna mengungkap dan menyajikan beberapa informasi penting dalam dinamika mudik lebaran, sehingga diharapkan langkah antisipatif, taktis dan teknis di lapangan lebih efektif dan efisien. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kebijakan sehingga pelayanan penanganan arus mudik dan balik lebaran tahun 2019 semakin baik, aman, tertib dan lancar.
RINGKASAN EKSEKUTIF
Mudik merupakan kegiatan pulang kampung menjelang hari raya setelah sekian lama bekerja keras. Mudik ini dilakukan sebagai bentuk rasa rindu dengan keluarga dan saudara-saudara di kampung halaman. Kepulangannya di kampung halaman sebagai upaya mempererat silaturahmi, kekerabatan dan persaudaraan sehingga terbentuk kohesi sosial. Mudik menjadi suatu keharusan bagi masyarakat migran yang tinggal di perkotaan tanpa melihat status kelas sosial. Mudik yang lancar menjadi dambaan meski dalam kenyataannya kerapakali yang terjadi sebaliknya.
Jika ditelusuri lebih dalam tentunya akan ditemukan berbagai alasan yang mendorong mereka mudik, khususnya bagi mereka yang telah menemukan kehidupan di negeri rantau, salah satunya adalah panggilan tanah leluhur untuk bisa merayakan lebaran dan bersilaturahim bersama orangtua dan sanak saudara, di kampung halaman. Ketika seseorang pergi jauh merantau, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun tahun lamanya, pada saat-saat tertentu terselip dalam hatinya kerinduan akan kampung halaman. Teringat kasih-sayang yang tak terhingga dari orang tua dan juga saudara-saudaranya. Terbayang pula masa-masa indah ketika bermain di sawah dengan kawan-kawan seperjuangan, dan berbagai pengalaman lainnya. Maka lebaran inilah dijadikan sebagai momentum tepat untuk melepas semua kerinduan itu, sekaligus melanjutkan silaturahim yang sekian lama telah terputus.
Secara disadari atau tidak disadari, pada sebagian orang tertentu menjadikan mudik lebaran sebagai ajang untuk menunjukkan diri bahwa dia adalah orang yang telah sukses, melalui aneka ragam perilaku dan penampilannya, baik mereka yang tampil secara elegan sampai dengan mereka yang tampil norak. Coba saja Anda pancing cerita mereka, kemungkinan yang banyak dibicarakannya adalah hal-hal positif, dan jarang atau sedikit mereka bercerita tentang penderitaan yang dialaminya selama berada di negeri rantau. Cerita dan penampilan positif inilah mungkin bisa dianggap sebagai salah satu pemicu kenapa setiap habis lebaran Jakarta selalu dipadati oleh para pendatang baru, yang mungkin tergiur melihat saudara-saudaranya yang dianggap telah sukses merantau di Jakarta.
Berangkat dari permasalahan mudik di atas, maka latar belakang ini Puslitbang Polri memandang perlu melaksanakan penelitian arus mudik lebaran tahun 2019 guna mengungkap dan menyajikan beberapa informasi penting dalam dinamika mudik lebaran, sehingga diharapkan langkah antisipatif, taktis dan tehnis di lapangan lebih efektif dan efisien. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan menyebarkan kuesioner kepada masyarakat di wilayah Jabodetabek yang berencana mudik lebaran. Warga masyarakat yang dijadikan responden dipilih secara random dengan memperhatikan keragaman mata pencaharian dan wilayah perdesaan/perkotaan. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 2050 responden. Dari Hasil survei arus mudik dapat diprediksi jumlah arus mudik lebaran tahun 2019 15.161.572 jiwa, hal ini berarti ada kenaikan bila dibandingkan pemudik tahun 2018 sebesar 18,1 % atau 2.324.789 jiwa. Kenaikan ini disebabkan oleh terhubungnya tol transjawa dari Merak sampai Probolinggo, tol trans Sumatera Lampung sampai Palembang.
Pilihan tujuan pemudik terbanyak menuju provinsi Jawa Tengah sebesar 42,9% kemudian disusul Jawa Barat 18,2%, Jawa Timur 14,7%, dan Yogyakarta 8,4%. Tujuan mudik di luar Jawa Sumatera terbanyak adalah Lampung sebesar 4,1% dan Sumatera Barat 1,9%. Tujuan pemudik di wilayah Jawa Tengah dan DIY secara berurutan Klaten dan Kebumen sebesar 6%, Brebes 5,9%, Purworejo 5,5% dan Gunung Kidul 5,2%. Di Jawa Timur adalah Surabaya 11%, Madiun 7,2%, Ngawi 6,5%, Magetan 6,2% dan Ponorogo 5,8%. Moda transportasi yang banyak diminati pemudik dari Jabodetabek adalah transpotasi darat (Bus 34,5%, R4 31,3%, R2 12,7%), Kereta Api 13,6%, pesawat udara 6,8%, dan kapal laut 1%.
Kemudian kepadatan arus lalulintas berdasarkan hari keberangkatan selama musim mudik lebaran ke Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur dapat diprediksi adalah sebagai berikut:
a. Puncak kepadatan kendaraan jenis bus akan terjadi pada H-3 sejumlah 3.639 unit b. Puncak kepadatan kendaraan jenis mobil akan terjadi pada H-3 sejumlah 35.824 unit
c. Puncak kepadatan kendaraan sepeda motor akan terjadi pada H-3 sejumlah 106.153 unit d. Puncak kepadatan arus lalu lintas pada saat keberangkatan mudik lebaran untuk semua jenis kendaraan terjadi pada H-3.
e. Waktu keberangkatan pagi hari antara jam 07.00 sampai 10.00 adalah waktu yang paling banyak diminati pemudik. Pilihan kedua antara jam 04.00 sampai 07.00.
Perkiraan potensi kemacetan lalu lintas akan terjadi pada jalur sebagai berikut :
Adapun kondisi sarana dan prasarana jalan perlu mendapat perhatian semua pihak , karena mengingat masih minimnya lampu penerangan pada ruas tol Kalijati sampai dengan Jawa Timur. Pembatas jalan tol masih berupa taman yang berpotensi mempengaruhi keselamatan berlalulintas, juga minimnya rest area pada ruas tol trans jawa dan tempat parkir masih terbatas sehingga berpotensi bahu jalan dipergunakan untuk beristirahat, Kurangnya informasi call center Jasamarga berakibat pada lambatnya menghubungi petugas patroli Jasamarga apabila terjadi permasalahan lalu lintas, dan .sebagian jalan tol masih berkonstruksi beton (belum hotmix) sehingga rawan menimbulkan kerusakan ban.
Berdasarkan kesimpulan, dapat disampaikan beberapa rekomendasi sebagai langkah antisipasi dalam rangka penanganan arus mudik lebaran tahun 2019 adalah, sebagai berikut:
a. Perlu dilakukan koordinasi dengan instansi terkait dalam hal peningkatan infrastrukur dan pelayanan serta fasilitas jalan pada jalur tol transjawa terutama belum memadainya penerangan jalan, rest area, dan pembatas jalan.
b. Pada jalur Jakarta – Jawa Timur perlu dilakukan:
1) One way traffic (satu arah) dimulai pada H-5 sampai H-2 (Jakarta – Brebes);
2) Penghentian sementara pembangunan konstruksi jalan mulai dari H-10 sampai dengan h+10 (Jakarta – Cikampek);
3) SPBU Mobile (keliling) perlu disediakan di rest area yang belum lengkap fasilitasnya.
4) Perlunya ada pembatas tambang baja yang belum ada pagar pembatas beton.
5) Perlunya informasi bagi pemudik terkait jalan yang rusak.
c. Bagi awak bus pengangkut arus mudik lebaran baik yang gratis maupun umum perlu dilakukan tes urin.
d. Perlu himbauan bagi masyarakat yang hendak melaksanakan mudik menggunakan kendaraan untuk melakukan cek kendaraan sebelum keberangkatan dan membawa perbekalan secukupnya.
e. Bagi pemudik perlu diberikan himbauan tentang adanya batas waktu istirahat di rest area agar tidak terjadi penumpukan, dan memberi kesempatan kepada pemudik berikutnya.